cerpen


Ku relakan kamu untuknya

Sore itu, langit tampak cerah memperlihatkan sang mentari yang mulai bersembunyi di balik gunung. Tapi siapa sangka kalau malam harinya, hujan turun seakan tak rela melepaskan seseorang yang akan pergi meninggalkan ku esok.
Ya.. Besok adalah hari yang sangat ku benci. Orang yang telah menemani hari hari ku selama lebih dari 3 tahun akan meninggalkan ku pergi untuk menggapai cita cita di kota nan jauh di sana.
Malam itu, kudengar suara klakson mobil datang menantiku keluar tuk merayakan malam perspisahan itu. Dari jauh telah kulihat wajah yang tak asing lagi bagiku. Tentu saja!! Itu wajah kekasihku. Tak begitu tampan, tapi cukup membuat hari hari ku menjadi lebih berwarna karena senyumannya.
“Selamat malam jelek. Mau kemana kita malam ini?” ucap Dani ketika ku membuka pintu mobil.
“Yee.. Enak aja jelek. Kamu tuh mungkin yang lebih jelek. Hahaha.” balasku seraya menutup pintu.
Kami memang pasangan yang jarang romantis karena kami memang lebih sering tertawa bersama dan “gila gila-an” di saat kami sedang berdua.
Tapi malam itu terasa lain. Seakan tak ada lagi tawa yang akan menghiasi hari hari ku kelak. Aku sadar kalau Dani mengetahui apa yang aku lamunkan dari tadi.
“Nina, kamu jangan sedih terus donk. Aku kan hanya sebentar pergi meninggalkan kamu. Kalau ada liburan kuliah, aku pasti pulang kok. Udah, jangan di pikirin lagi ya. Ntar aku malah ga tenang loh ninggalin kamu di sini.” Kata kata Dani pun menyadarkan ku dari lamunan ku yang melayang ntah kemana.
“Ya sih. Aku tau. Tapi ntah kenapa aku seakan ga rela kamu pergi Dan.” balasku sembari menatapnya dengan mata berkaca kaca.
Hujan pun semakin deras seakan mengerti perasaan hatiku saat itu.
Setelah lama kami menelusuri jalan kecil di kota dan akhirnya hujan pun berhenti. Dani mengajakku ke sebuah tempat yang paling indah di kota kami. Dari tempat yang tinggi itu, bintang bintang indah menyapa ramah kedatangan kami berdua.
“Kamu tau, aku dah lama pengen ngajak kamu ke tempat ini. Tapi sekarang baru kesampean. Hehe. Kamu liat kan, walaupun tadi hujan lebat, tapi bintang itu tetap bersinar, bahkan lebih indah sekarang.” ucap Dani memecah keheningan.
“Nin, aku harap kamu juga seperti itu. Walaupun aku pergi ninggalin kamu, tapi aku harap cahaya kamu ga bakal redup. Kamu harus bisa bersinar bahkan lebih terang dari yang ku tahu selama ini.”
Tak terasa air mata ku jatuh dan membuat suasana begitu sedih. Dani pun memelukku erat dan menenangkanku. Sambil tersedu sedu aku pun berkata “Nina sayang Dani sampai kapan pun”. Setelah berkata demikian, Dani memeluk ku lebih erat. Dia berbisik “Dani juga sayang Nina”.
Dari dulu aku memang tahu karakter Dani. Dia tidak mau memperlihatkan kesedihannya di depanku. Dia selalu berusaha tegar di depan ku agar aku tak merasa lebih sedih.
Malam itu pun berakhir menyisakan kenangan tersendiri di hidupku karena kami tak pernah seromantis ini.

Esok hari, seperti yang telah di jadwalkan, aku mengantar Dani ke bandara. Sekali lagi ku peluk Dani erat tanda perpisahan ada di depan mata.
Aku hanya bisa memandangi kepergian pesawat yang membawa orang yang ku sayang itu dari tepi bandara.


Satu tahun telah berlalu. Tak terasa sudah setahun aku tak bertemu kekasihku itu.
Saat ini aku hanya menyibukkan diri dengan tugas sekolah yang seabrek dan tak lupa dengan hobi menulisku.
Tempat favorit ku adalah kamar. Kamar membuatku tenang karena di sana aku bisa mengenang semua kisah yang telah kulalui bersama Dani.
Tiba tiba suara ketukan pintu mengagetkan ku dari lamunanku. Ya memang, aku suka melamun. Makanya Dani juga sering memanggilku “tumun” alias “tukang ngelamun” hahahaha. J
Sambil bangkit berdiri dengan malas, aku membuka pintu kamar. Dan… Astaga!! Aku melonjak kegirangan saat tahu siapa orang di balik pintu itu. “Daaannniiiiii….!!! Kamu kok ga bilang bilang ama aku sih kalau mau pulang hari ini??”
“Hahahaha. Aku sengaja ga kasih tahu kamu karena mau bikin kejutan. Gimana? Kamu terkejut ga? Wkwkwkwk”
“Aku ga terkejut kok. Cuma kaget aja! Hahaha”
“Yee.. Kamu kok tambah oon sih Nin. Kaget ama terkejut itu kan sama. Aduwh, jangan bikin malu aku donk. Masa aku punya pacar yang oont. Wkwkwk” ejek Dani.
“Huuww.. Bodo amat! Yang penting aku senang sekarang karena kamu ada di sini. Makasih ya Dani!!” balasku.


Akhirnya Dani mengajak ku pergi malam harinya.
Dan yang tak kuduga lagi, dia mengajakku pergi ke tempat favorit kami itu. Tempat di mana bintang bintang bertakhta dengan megah dan indahnya.
Sembari tersenyum memandangi bintang, Dani menatap ku dalam dalam dengan mata yang tak biasanya. Sekali lagi Dani membuat ku kaget. Ia menangis!!
Aku pun langsung bertanya “Kamu kenapa Dan? Kok tiba tiba menangis? Aku nyakitin kamu ya??”
Dani hanya diam tanpa menjawab pertanyaan ku sambil tetap menatap mata ku lekat lekat.
“Dani! Jawab aku donk!” aku pun mulai tak terkendali.
“Nin, sebenarnya ada hal yang ingin ku sampaikan sama kamu. Makanya aku datang ke sini tanpa kasih kabar ke kamu sebelumnya.”
Dani diam untuk beberapa saat dan akhirnya melanjutkan ucapannya.
“Kita harus putus Nin. Orang tua ku ga menyetujui hubungan kita lagi karena kamu beda dengan kami Nin.”
Tak kuasa aku menahan air mata yang ikut jatuh saat Dani menyebutkan kata itu. Memang aku dan Dani tak sama. Dia keturunan cina sedangkan aku orang Indonesia asli.
“Kamu bohong kan Dan? Kamu mau ngerjain aku kan?” tanyaku tak percaya.
“Aku ga bohong Nin. Maafin aku. Aku datang ke sini cuma buat bilang itu. Besok aku harus balik lagi ke sana. Aku tetap akan sayang kamu Nina.” Jawab Dani.
Aku tak dapat berkata apa apa lagi. Aku hanya bisa menangisi semua nasib hidupku ini. Dani kembali memelukku erat sama seperti malam itu. Tapi kini beda! Dani menangis! Kini dia tak bisa menahan lagi rasa sedih yang selama ini ia rasakan. Aku juga menangis. Bahkan hatiku merasakan sakkiiittt yang luar biasa. Andai kamu tahu Dan, seberapa berartinya kamu buat diriku.
Dani mengantarkan ku pulang tanpa sepatah kata pun. Aku tahu dia juga sedih. Bahkan sengat sedih. Karena sebelumnya aku tak pernah melihat dia menangis hingga kini aku bisa menyadari betapa sayangnya Dani kepadaku setelah kejadian malam tadi.

“Apa salahku kalau aku bukan keturunan cina? Aku bangga kok menjadi keturunan Indonesia asli. Toh dia juga orang Indonesia, jadi kita sama kan?!” Umpat ku dalam hati. “Kelak akan ku buktikan pada orang tua mu Dan, kalau aku juga bisa berkarya, bahkan aku lebih hebat dari kamu Dan. Kita liat saja nanti.” entah kenapa kejadian itu memberiku motivasi untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Mungkin ini maksud Tuhan dengan melalukan semua ini. Tuhan, Engkau memang punya banyak cara. Terima kasih.

Tak banyak sinar yang bisa kupancarkan lagi setelah kejadian menyakitkan ini terjadi dalam hidupku. Sampai aku benar benar terpuruk dalam kesedihan mendalam yang tak berujung. Sebelum Dani pergi dari kota kami untuk ke dua kalinya, aku sempat menerima sms nya yang bertuliskan
“Nina, aku pergi ya. Kamu jaga diri baik baik. Aku sayang kamu. Jangan telat makan terus, ntar maag kamu kambuh”
Dengan berlinang air mata aku mengetik balasan sms
“Iya Dan. Kamu jaga diri baik baik juga ya. Jangan lupain aku. Semoga kamu dapat pengganti ku dan lebih bahagia di sana. Aku tetap sayang kamu sampai kapan pun”
Hhmmm… berat memang menerima semua ini. Tapi apa di kata. Mungkin ini sudah jalanku. Aku tahu Tuhan punya rencana di balik semua ini.

Setelah 6 bulan sejak kejadian itu, tanpa ku duga, Dani menelepon ku. Dia bertanya bagaimana keadaan ku. Aku tak percaya dia masih peduli dengan ku. Untuk membalas kebaikanny, aku pun berniat menelepon Dani esok harinya sebagai tanda kalau aku masih peduli juga dengan nya.
Tapi niat baik ku berubah menjadi kesedihan saat kudengar suara asing dari seberang sana.
“Haloo.. Ini dengan siapa ya?” suara seorang perempuan yang membalas sapaanku di ujung telepon sana.
“Maaf. Dani nya ada?” tanyaku kepada suara itu.
“Owh Dani nya baru saja pulang. HP nya ketinggalan di rumah ku. Ini dengan siapa ya?”
Tanpa menjawab apapun, aku menutup telepon itu dan aku pun kembali menangis tanpa suara.
Setelah beberapa lama, Dani mengirimi ku sebuah pesan.
“Nina, tadi kamu telepon aku ya? Ada perlu apa?”
Tak ku balas sms itu. Begitu sakit yang ku rasakan hingga tak ada kata yang dapat kukeluarkan lagi dari mulut ku.
Tak sabar menunggu jawaban ku, Dani pun menelepon. Awalnya aku tak kuasa untuk berbicara dengan nya. Tapi karena ingin menyelesaikan semua ini, aku pun akhirnya menjawab teleponnya.
“Kenapa Dan?” jawabku parau karena masih setengah menangis.
“Nin, kamu harus dengerin dulu penjelasan aku. Aku ga mau kamu salah paham gini.” kata Dani panik setelah mendengar suara parau ku.
“Apa lagi yang harus kamu jelasin Dan?” ucapku marah.
“Nin, dia itu memang pacar aku. Aku menemukan sosok kamu dalam dirinya. Maafin aku Nin, aku tetap sayang kamu. Tapi aku ga bisa terus terusan seperti ini. Lagian, orang tua ku sudah dekat dengan orang tuanya. Aku harap kamu tak terlalu larut lagi dalam kesedihan dan bisa mencari kebahagiaan mu sendiri sekarang.” jelas Dani kemudian.
“Aku tetap sayang sama kamu Dan. Kamu harus tau itu. Doa ku selalu ada untuk mu. Terima kasih untuk semua kenangan indah yang telah kamu buat untuk aku. Kamu bagian terindah dalam hidupku Dan. Semoga kamu bahagia dengan dia.”
Setelah berkata demikian, aku mengakhiri semua pembicaraan ini.

Sakit rasanya mengetahui keadaan menjadi seperti ini. Ibarat ‘sudah jatuh tertimpa tangga pula’ mungkin cocok menggambarkan aku yang luluh lantak tak berdaya saat ini.
Tak menentu apa yang ada di hati. Hanya air mata terurai yang dapat menggambarkan keadaan ku saat itu. Tak banyak yang dapat aku lakukan selain banyak berdoa dan memohon kekuatan untuk semua cobaan yang Dia berikan.
Setahun berlalu tanpa terasa. Dan tak bisa ku pungkiri kalau aku masih mencintai dia. Dia yang memberi warna untuk ku. Sampai kapan pun, aku tak kan melupakannya, kenangan indah dalam hidupku.
“KURELAKAN KAMU UNTUKNYA” sebuah tulisan yang bisa aku tulis untuk menumpahkan semua rasa ku terhadapmu. Aku harap kamu bahagia di sana Dan. Lupakan saja aku, buat orang tua mu bahagia. Aku pun akan berusaha tetap tersenyum untuk mu. Walau itu sulit. Aku menyadari bahwa ada cinta yang tak harus memiliki seutuhnya. Sekarang hanya keikhlasan yang bisa aku lakukan. Supaya rasa sakit yang ku rasakan bisa berkurang perlahan meskipun ku tahu rasa sakit itu tidak akan pernah hilang.
“selamat berbahagia Dani. Aku ikhlas kamu dengan dirinya. Asalkan kamu bahagia dan bisa tersenyum, aku pun bahagia Dan. Meskipun terdengar terlalu muluk, tapi memang ini lah keadaannya. Aku ga boleh terus terusan melihat ke belakang. Masih banyak bintang bintang lain yang akan menerangi hidupku kelak. Semoga kamu ga pernah ngerasain sakit yang seperti aku rasain.” Ucapku dalam hati sambil menitikkan air mata memandangi foto kenangan kami berdua. Aku janji ini air mata ku yang terakhir yang aku titikkan untuk kamu. Aku harus bisa tersenyum lagi, meskipun itu perih.